Ingin Lebih Sukses Memimpin? Murahlah Berbagi Informasi

Ingin Lebih Sukses Memimpin? Murahlah Berbagi Informasi
Ilustrasi: Shutterstock

Dari waktu ke waktu, informasi menjadi sesuatu yang berharga. Semakin banyak menguasai informasi, semakin kuat pula posisi seseorang.

Hal ini juga berlaku dalam kepemimpinan. Sejak dulu pemimpin dimitoskan sebagai orang yang paling banyak tahu. Setidaknya tahu tentang perusahaan, tujuanya, formula, sumber daya yang dapat dimanfaatkan, dan informasi-informasi vital lainnya. Karena pengetahuan inilah organisasi atau perusahaan semakin kokoh, terus tumbuh, dan berpeluang keluar sebagai pemenang dalam persaingan.

"Mitos" ini mungkin sampai sekarang masih berlaku. Namun tentang bagaimana memperlakukan informasi untuk tujuan keberlanjutan organisasi atau perusahaan, kini sudah banyak berubah.

Dulu, pemimpin menyimpan informasi untuk dirinya dan orang-orang yang sangat terbatas. Semakin punya rahasia semakin berharga. Itu akan menjadikannya disegani dan dihormati. Kini, pemimpin justru berbagi informasi seluas mungkin. Ini berlaku untuk pemimpin dalam konteks individu maupun organisasi. Semakin mampu berbagi informasi, mengartikulasikannya dengan baik, semakin kuat kepimimpinan seseorang atau sebuah organisasi.

Hal paling sederhana, kita bisa melihat akun-akun media sosial para  pemimpin perusahaan maupun para tokoh publik.  Mereka memanfaatkannya  untuk berbagi. Selain itu juga menulis, membuat podcast, hingga saluran Youtube. Semua tentang berbagi informasi, pengalaman, pengetahuan, wisdom, dan insight lainnya.

Saya sangat menikmati podcast Prof. Rhenald Kasali, Endgame-nya dari mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, hingga Helmy Yahya Bicara.  Saya juga selalu menunggu setiap terbit  tulisan-tulisan dan podcast Disway dari mantan menteri BUMN Dahlan Iskan.  Rasanya Anda setuju, masyarakat belajar banyak hal positif dari informasi maupun sudut pandang yang mereka bagikan. Anda boleh menambahkan daftar orang-orang yang berbagi informasi dengan baik, lalu melihat bagaimana kualitas kepemimpinan mereka.

Mungkin sebagian akan mengatakan, mereka yang dicontohkan di atas bisa jadi hanya melakukan kegiatan branding diri, menunggangi hype berbagai platform digital. Saya tidak tertarik berdebat di area ini. Tapi kalau pun branding, apa salahnya? Dan ini adalah cara branding yang positif sekaligus bermanfaat bagi orang lain.

Memperluas Zona Kemungkinan

Salah satu sifat informasi ketika dibagikan dan saling dipertukarkan adalah menghasilkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih banyak. Kemungkinan berkembang menjadi ide bersama, kemungkinan menjadi inovasi, kemungkinan menggerakkan, dan kemungkinan menghasilkan kolaborasi.

Contoh sederhana ketika tulisan ini sampai pada Anda. Entah kapan, di mana, dan  sedang bagaimana suasana hati Anda saat membacanya. Setiap orang bisa menanggapinya dengan sangat beragam. Sebagian mungkin terinspirasi, sebagian tergerak untuk menerapkannya, atau mungkin terpancing untuk menanggapi. Bukan tidak mungkin tanggapan tersebut akhirnya menjadi pertukaran ide secara resiprokal, sehingga akan menjadi ide yang lebih besar lagi. Apa yang terjadi berikutnya? Kemungkinan-kemungkinan yang bisa terbentuk akan banyak sekali.

Ini baru contoh informasi yang berisi hal sederhana. Lalu bagaimana jika yang saya (atau kami) bagikan adalah ide, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, jaringan perkenalan, atau hal-hal lainnya yang punya nilai yang lebih besar lagi?

Bagaimana kalau bentuknya bukan hanya artikel sederhana? Tapi sebuah buku, kuliah umum, video, podcast, pemberitaan, kode, atau format produk lainnya.

Jadi, baik di dalam maupun di luar organisasi, mari keluar dari lingkaran yang sempit menuju lingkaran yang lebih luas. Menuju kemungkinan-kemungkinan pertumbuhan  yang lebih menyenangkan karena berbagi informasi.

Wahyu Aji

Wahyu Aji

Saat ini berperan sebagai CEO di GNFI. Interaksi dapat melalui aji@goodnews.id