Agar Resolusi Tak Hanya Jadi Kata-Kata Motivasi
Sebagian besar dari kita kelihatannya pernah punya pengalaman buruk dengan resolusi. Kata ini begitu nyaring terdengar tiap awal tahun, tapi sayup-sayup kita sendiri tak yakin bisa mencapainya.
Minggu berganti bulan, tidak kelihatan progress yang signifikan.
Yang mengerikan kalau ini terjadi pada level organisasi. Akhirnya target hanya seperti kata-kata motivasi. Sementara anggota tim tidak begitu yakin, ini serius apa main-main ya targetnya?
Mengapa target terasa begitu berjarak dengan realitas? Bagaimana agar situasi seperti ini tidak terjadi?
Ini bukan panduan atau kiat yang lain lagi. Karena kalau Anda ketik "Cara mencapai resolusi" di Google, tidak sampai 0,9 detik muncul 6,5 juta referensi. Di artikel ini saya berbagi apa yang sedang kami lakukan di GNFI, agar target tidak berhenti sebagai kata-kata motivasi saja.
1. Menentukan tujuan secara efektif
Tujuan bisa sangat imajinatif, tinggi sekali, dan sangat liar.
Tapi setinggi apapun itu, sebaiknya penetapan tujuan didasari dengan data yang cukup. Data masa lalu, saat ini, maupun proyeksi situasi masa mendatang.
Di GNFI, kami baru saja menetapkan tujuan di awal tahun dengan menggunakan analisa SWOT untuk memetakan situasi masa lalu, saat ini, serta peluang-peluang. Lalu mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan tindakan dengan analisa TOWS.
Dari analisa ini, kami jadi punya data tertulis yang bisa dipakai untuk menggali tujuan.
Meskipun ide bisa sangat banyak, tujuan sebaiknya tidak banyak. Kami memilih hanya yang menurut kami akan menghasilkan dampak paling besar untuk organisasi maupun publik.
Sebagai contoh, satu di antara dua tujuan GNFI (kami menyebutnya sebagai tujuan berkelanjutan) adalah "Memperbesar basis audiens loyal".
Di antara banyak keinginan yang muncul, inilah yang kami rasa dampaknya paling besar ketika kami benar-benar bisa mencapainya.
2. Obsesi pada pencapaian-pencapaian kecil, dan menjadikannya kebiasaan
Tujuan adalah sesuatu yang kita belum ada di sana. Antara kondisi saat ini dan tujuan ada celah yang harus disambungkan. Penyambung ini perlu jelas bentuk dan ukurannya.
Kalau kita ingin memiliki perut rata dalam waktu 3 bulan (mudah-mudahan cukup realistis), setidaknya penyambungnya adalah aktivitas fisik dan berapa banyak frekwensinya.
Setiap berhasil melakukan aktivitas fisik, berarti sebuah kemenangan kecil. Akumulasi dari aktivitas ini akan mengantarkan kita pada kemenangan besar nantinya (mudah-mudahan 3 bulan lagi ya).
James Clear dalam buku larisnya Atomic Habits, menyebut ini sebagai "Fokus pada sistem, bukan sasaran". Sasarannya adalah perut rata, sistemnya adalah aktifitas-aktifitas yang mengantar kita ke sana. Ini akan lebih baik bagi mental, dibandingkan dengan terobsesi melakukan hal-hal besar untuk mencapai hasil besar secara sekaligus, namun hanya sekali.
Inilah alasan kami menamakan tujuan organisasi sebagai "Tujuan berkelanjutan".
Tujuan ini akan dicapai secara multiyears atau kami lakukan secara berkelanjutan dalam beberapa pergantian tahun. Dengan harapan ketika tahun ini jumlah audiens loyal benar semakin besar, maka itu akan mengantarkan kami pada jumlah yang lebih besar lagi di tahun berikutnya.
Manfaatnya bagi organisasi? Sangat banyak dan berdampak.
3. Ritual pemantau kemajuan
Apa yang membuat kita semua sadar ada kemajuan atau tidak? Ya mengeceknya. Mengecek apakah aktivitas untuk mencapai tujuan sudah sudah dilakukan? Seberapa banyak kemajuannya? Kurang seberapa hingga mencapai target? Atau jangan-jangan malah mundur. Apa sebabnya?
Seberapa sering sebaiknya mengecek kemajuan? Tergantung situasi Anda. Tapi kami melakukannya setiap pekan dalam sebuah ritual weekly review.
Mengapa tidak setiap bulan? Terlalu berisiko, bukankah sekarang waktu terasa semakin cepat sekali berlalu?
Siapa yang terlibat dalam mengecek kemajuan ini? Semua orang dalam organisasi. Tinggal diatur mekanismenya.
Untuk efektifitas dan tetap efisien, kami melakukannya setiap pekan dengan pola satu pekan khusus dengan para pemimpin, pekan berikutnya pempimpin plus semua anggota tim alias semua orang di organisasi.
***
Begitulah yang sedang kami lakukan. Kalau di organisasi Anda, bagaimana? Semoga semua bisa mencapai tujuannya ya.