Memetakan Potensi Anggota Tim: Siapa Mereka dan Perlu Diapakan?
Dalam setiap organisasi, perusahaan, start-up, Sumber Daya Manusia atau tim menjadi unsur sangat penting.
Saking pentingnya, rasanya tidak ada pemimpin yang tidak memberi perhatian ekstra terhadap masalah ini. Mulai dari merekrut orang, membangun sistem yang efektif, memastikan terbentuknya budaya yang positif, hingga memastikan setiap orang dapat saling bekerja sama secara taktis, sat set, bukan kebanyakan drama.
Kita tentu ingin memiliki anggota tim yang ideal, pintar, dapat bekerja sama, dan penuh inisiatif. Tapi manusia memang berbeda-beda. Mengharapkan semua orang di organisasi ideal agaknya hampir mustahil. Selalu saja ada dari anggota tim yang menonjol, rata-rata, atau malah jadi sumber masalah.
4 tipe umum anggota tim
Bagi yang sedang jadi pemimpin atau bagian yang mengurusi SDM, akan lebih mudah apabila secara cermat, terukur, dan obyektif dapat mengamati performa dan perilaku anggota tim.
Ada sebuah pengelompokan sederhana yang dapat kita gunakan. Pengelompokkan ini berguna agar organisasi dapat menyiapkan program atau tindakan yang paling sesuai dengan cara kerja dan potensi anggotanya.
Berikut adalah 4 kelompok tipe anggota tim itu:
1. Star Person
Dialah “Sang bintang”, yang selalu menunjukkan inisiatif dan tanggung jawab dalam berbagai proyek, tantantangan, atau pekerjaan yang sedang dijalankan. Saat ia menjadi anggota tim, ia adalah anggota yang aktif. Saat mengordinir tim, ia juga menunjukkan kepemimpinan yang efektif.
Untuk meningkatkan kapasitas orang seperti ini, organisasi bisa menyiapkan program mentoring. Memasangkannya dengan mentor-mentor yang punya pengalaman dan matang dari sisi kepemimpinan. Mengikutsertakan dalam berbagai workshop atau mendukungnya menempuh pendidikan lebih tinggi.
Dengan program, tahapan, dan tour of duty yang tepat, Star Person berpotensi menjadi pemimpin yang handal dalam organisasi kita.
2. Core Person
Tidak semua orang memiliki naluri kepemimpinan, mampu jadi pemimpin, atau berminat jadi pemimpin. Orang seperti ini, ketika dipromosikan menjadi pemimpin dan dikasih anggota tim justru tidak efektif dalam memanfaatkan potensi timnya. Kalau dipaksa jadi pemimpin, ujung-ujungnya semua kembali dikerjakan sendiri dan anggota tim merasa kurang mendapat informasi yang jelas tentang apa yang harus mereka lakukan agar dapat berkontribusi secara maksimal.
Namun jangan tanya soal komitmennya dalam mengerjakan tugas dan loyalitasnya terhadap organisasi. Mereka ini bisa siapa saja: akuntan yang tekun dan teliti, orang IT yang sangat kita andalkan, desainer yang jago, orang penjualan, orang administrasi, bahkan sampai office boy (OB).
Apabila yang bersangkutan masih mau meningkatkan kapasitasnya, yang dapat dilakukan adalah dengan memberinya kesempatan untuk memperdalam ilmu atau pengetahuan di bidang yang sedang menjadi tugasnya.
Memberi anggota tim memang tidak efektif untuk mereka, tapi memberinya mitra kerja yang cakap dan supportif dapat membuat ia bekerja dengan lebih efektif, sekaligus bisa belajar dari mitranya tersebut. Kalau beruntung, dengan cara ini perlahan yang bersangkutan dapat menemukan momentum untuk menunjukkan potensi kepemimpinannya.
3. Question mark person
Ini adalah orang-orang yang masih dalam tanda tanya. Kita boleh percaya karena kelihatannya meyakinkan, tapi harus dipantau dan dievaluasi secara serius dalam waktu tertentu. Hal ini untuk memastikan performanya memang baik, stabil, atau malah punya potensi yang jauh lebih baik lagi.
Mereka ini adalah orang baru yang masih dalam masa percobaan, orang yang menempati posisi barunya atau baru saja dipromosikan untuk menjalankan jabatan atau tugas tertentu, atau orang yang baru kena sanksi tertentu dan diminta untuk memperbaiki kesalahan yang ia buat. Sampai kapan mereka dalam posisi tanda tanya? Sesuai kebutuhan. Kalau ukurannya waktu, umumnya tiga bulan. Tapi bisa diperpanjang apabila dirasa masih perlu dilihat lagi perkembangannya.
4. Pontential Exit
Segala macam upaya telah dilakukan, tapi tetap saja tidak terlalu menunjukkan perbaikan? Untuk yang seperti ini, kalau dipertahankan akan membahayakan kelangsungan tim secara keseluruhan. Ketika orang berkinerja rendah (termasuk yang bermasalah) dipertahankan, yang lain akan melihat. Lalu mulai membanding-bandingkan dan membatin “Yang seperti itu saja bisa dipertahankan, mengapa kita harus bekerja lebih baik?”
Seorang Profesor di bidang manajemen, Will Felps, mengatakan satu saja orang dengan karakter negatif atau toxic dalam tim dibiarkan, ia akan menurunkan kinerja tim sampai 40%. Selain itu, keberadaan mereka akan membuat orang-orang baik ingin keluar dari organisasi, sekaligus memengaruhi orang lain dalam organisasi untuk menjadi toxic juga.
Apabila seorang pemimpin melihat orang-orang sepeti ini ada dalam organisasi, sebaiknya segera menyiapkan tindakan atau program untuk mengeluarkan orang tersebut. Ini cara yang paling baik utk menghindarkan organisasi menanggung akibat yang lebih buruk lagi.
Selamat memetakan anggota tim!
Agar organisasi bisa makin asik.