Pemimpin Bukan Gudang Jawaban
Stereotip yang ada di masyarakat, atau bahkan mungkin kita sendiri: Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang dapat mengatasi persoalan-persoalan serta menjawab tantangan yang dihadapi oleh organisasi.
Di pundaknya, tim (bahkan orang banyak) menitipkan tanggung jawab besar untuk selalu membuat keputusan yang tepat dan mengarahkan menuju kesuksesan.
Anggapan ini banyak betulnya. Tapi juga mengandung jebakan batman, terutama kalau kita menganggap pemimpin harus jadi "Gudang Jawaban" atas semua permasalahan dan tantangan.
Lebih berbahaya lagi, ketika kita sebagai pemimpin merasa harus bisa menjawab setiap persoalan yang ditanyakan pada kita, karena takut kalau tidak bisa memberi jawaban akan terlihat kurang kompeten.
Apalagi ketika seorang pemimpin menjadi semakin menikmati menjadi tempat bertanya, dan saat anak buahnya atau orang lain menyampaikan dengan sopan: "Mohon arahannya, Pak/Bu". Pernah mendengar kata ini diucapkan? Biasanya dalam rapat-rapat di lingkugan birokrasi.
Sekali lagi, Apakah Pemimpin Harus Punya Semua Jawaban?
Sangat tidak realistis mengharapkan seorang pemimpin harus tahu semua jawaban atas setiap persoalan. Lebih tidak masuk akal lagi, kalau kita yang sedang memimpin berasumsi ide jawaban atas semua persoalan seharusnya keluar dari ide orisinal kita sendiri.
Pemimpin tidak diharapkan untuk memiliki jawaban atas semua persoalan yang muncul. Karena yang lebih diperlukan darinya adalah kemampuan untuk mengelola tim dan sumber daya yang ada, serta membangun kerjasama dan kemitraan dengan anggota tim maupun stakeholder lainnya untuk mencari solusi terbaik atas tantangan yang dihadapi organisasi.
Mereka mahir dalam mengumpulkan informasi dan masukan dari anggota tim dan ahli lainnya, serta menggunakan kemampuan analitis dan kreativitas untuk mengambil keputusan yang memang harus diambil.
Inilah mengapa pemimpin perlu memiliki kemampuan mendengarkan secara aktif, dan membuka diri terhadap berbagai sudut pandang yang berbeda.
Dengan demikian, pemimpin dapat menggabungkan berbagai pemikiran dan pendekatan yang berbeda untuk mencapai solusi yang inovatif dan efektif dalam menghadapi persoalan yang kompleks.
Bertanya makin jadi "current skill" sekaligus "future skill" yang penting bagi pemimpin
Dengan bertanya, pemimpin dapat menggali informasi dan ide-ide dari manapun. Mendapatkan perspektif dan alternatif-alternatif yang lebih luas.
Bertanya juga membuat anggota tim menjadi lebih terlibat. Pertanyaan membuat setiap orang didorong berpikir, terangsang untuk berimajinasi melampaui batas-batas kondisi yang sedang dialami saat ini.
Bertanya mendorong orang dalam organisasi untuk berpikir secara kritis dan terbuka terhadap berbagai sudut pandang dan solusi yang mungkin bagi organisasi.
Dengan membuka ruang untuk pertanyaan, pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap anggota tim merasa dihargai dan dapat berkontribusi dengan ide-idenya.
Pertanyaannya sekarang, Pertanyaan yang seperti apa?
Persoalannya sekarang adalah pertanyaan seperti apa yang sebaiknya diajukan pemimpin.
Apakah dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini: "Apa yang akan Anda kerjakan minggu depan?", "Bagaimana kalian bisa menaikkan penjualan 200%?", "Kita gagal mencapai target bulan lalu, apa yang salah dari perencanaan yang telah kita buat?"
Dalam kondisi yang memang diperlukan, pertanyaan ini bagus-bagus saja untuk ditanyakan. Namun terlalu sering pertanyaan seperti ini dilakukan, semakin menempatkan orang yang ditanya pada posisi yang sulit.
Alih-alih pertanyaan yang berfokus pada kondisi saat ini, organisasi sebenarnya memerlukan pemimpin yang dapat mengajukan pertanyaan yang mengundang orang untuk tergerak menjelajahi peluang-peluang besar – yang belum diidentifikasi oleh organisasinya.
Ada beberapa contoh bagus pertanyaan tipe ini, saya olah ulang dari artikel yang ditulis oleh pendiri sebuah perusahaan riset di Silicon Valley, John Hagel III, antara lain:
- Peluang apa saja yang akan menjadi game changing yang apabila kita lakukan membuat organisasi/perusahaan kita tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan?
- Apa saja kebutuhan pelanggan yang baru atau akan muncul, yang dapat secara signifikan memengaruhi bisnis kita? Apa yang bisa kita lakukan?
- Bagaimana kita dapat mengoptimalkan keberadaan mitra atau sumber daya pihak ketiga secara saling menguntungkan untuk mengatasi kebutuhan pelanggan atau peluang yang spektrumnya semakin luas?
- Bagaimana kita dapat mengembangkan jaringan pasokan yang lebih fleksibel, sehingga produksi atau logistik kita akan tetap kuat saat terjadi gangguan yang tidak terduga?
- Apa tekonologi masa depan yang cocok untuk kita gunakan – saat ini atau beberapa tahun lagi – di bisnis kita? Bagaimana kita akan menerapkannya?
Memusatkan pertanyaan yang lebih luas seperti ini akan mengirim sinyal bahwa Anda sebagai pemimpin memiliki ambisi untuk membawa organisasi jauh melampaui posisi saat ini. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengantisipasi tren, demografi, dan teknologi jangka panjang juga akan membuat kredibilitas pemimpin semakin kuat, karena berpotensi membawa organisasi untuk melihat dan menyambut peluang-peluang baru.
Kabar baiknya, studi menunjukkan bahwa ketika kita sebagai pemimpin tidak tahu dan meminta bantuan, ini tidak membuat kredibilitas menjadi turun. Justru sebaliknya, hal ini mengirimkan sinyal kuat kepada orang lain bahwa kita mempercayai mereka, menjadikan mereka tempat bertanya. Dan sebagai balasannya mereka juga akan semakin percaya pada kita.
Dalam situasi perubahan yang begitu cepat saat ini, berpikir bersama membawa keuntungan lebih banyak dari pada berpikir sendiri-sendiri. Karena akan membawa kita pada pemikiran-pemikiran inovatif yang dapat membantu kita menjawab tantangan dan menyeselesaikan persoalan-persoalan besar saat ini maupun masa mendatang.
Selain itu, bukankah akan sangat membosankan ketika semua aktivitas dan gerak organisasi hanya bergantung pada buah pikiran satu orang?[]